Kamis, 29 Maret 2012

Surat untuk OZA si sarjana ASI

Usiamu menginjak 6 bulan saat Ramadhan datang. Ratusan hari kemarin Kamu hanya bergantung padaku, untuk melepas dahaga dan menuntaskan laparmu. ASI. Cairan ajaib yang menumbuhkan tubuhmu, mengobati sakitmu dan menentramkan hatiku.



Mari sayang, kita berterima kasih kepada Sang Maha Pencipta, yang telah mencipta dan mencukupimu dengan makanan terlezat dan terhebat didunia. Kamu tahu, betapa canggihnya proses pembuatan makananmu yang diolah oleh mesin dalam tubuhku? Mesin itu bekerja dengan bahan bakar semangat dan keikhlasan hingga keluar menjadi tetesan yang membentuk sel demi sel dalam tubuhmu.

Formula rahasia yang tidak bisa ditiru oleh tangan manusia. Produk susu terhebat sepanjang zaman. Bahkan Nabi kita pun meminum cairan yang sama. Air Susu Ibu. Dibuat Ekslusif khusus untukmu. Dan tahukah kamu, siapa orang yang berperan besar dalam pemberian asi ekslusifmu ? Ayah!

 Ayah memang tidak seperti aku yang ada terus menerus bersamamu. Tapi Ayahlah orang pertama yang menyambutmu saat kamu melihat dunia dan merangkak didadaku. Sabar ia menanti gerakmu untuk menyusu. Sambil ia lantunkan adzan ditelingamu dengan khusyuk.

Malam kami tak lagi sama. Suara tangismu pecah saat mata belum lagi terpejam. Saat lelah menyergap dari segala penjuru, godaan seakan menyerbu. Botol-botol itu seperti menanti untuk mengganti. Tapi ayah menjadi juru bicara , dengan lantang ia katakan bahwa kamu hanya akan minum susu, dari aku. Banyak tatapan ragu, tapi ia tetap menatapku untuk maju.

Masih lekat dalam ingatanku, bagaimana ia menumpuk bantal agar kau nyaman dipangkuanku. Agar punggungku tidak pegal dan kita berdua bisa menikmati waktu kita dengan menyenangkan. Saat lelah  mulai hinggap, ayahmu dengan lembut mengusap punggungku. Menawarkan ini dan itu. Ayah memang tidak bisa menyusui seperti yang aku lakukan, tapi dia menciptakan kenyamanan agar kita berdua bisa bermesraan hingga kamu tersenyum kenyang.

 Saat senyum dan tenagaku menipis karena meringis, ia memberiku kekuatan dengan pelukannya. Pelukan terhangat yang penuh semangat.. agar yang terbaik ini tidak cepat tamat.

Dukungan dari ayah bukan slogan. Dia benar-benar memberikan fasilitas untuk kita berdua menikmati masa-masa bulan madu bersama asi. Pilihannya selalu memiliki label terbaik. Saat orang lain ribut tentang berat badanmu, ia memandangku agar tak usah ragu. Pilihan asupanmu, sudah nomer satu..

Lucu melihatnya pulang menenteng barang belanjaan yang semua isinya  keperluan kita, keperluan kamu dan aku. Keperluan menyusui. Aku masih ingat binar antusias matanya kala ia bercerita  telah mendatangi toko demi toko di pusat grosir. Tak ada gengsi , ia melakukannya dengan penuh kesadaran dan cinta, membekali dan mendukung dengan perlengkapan perang untuk perjalanan ekslusif kita. Semua terbaik dari yang ada. Ia Bertanya, membaca, mendengar, kami berdua belajar bersama tentang merawatmu.

Dari kubikel kantornya, dia tak pernah luput untuk mencurahkan perhatiannya pada kita. Perhatian. Ah,ya! Rasanya Itu lebih besar dari perhatian, lebih luas dari cinta. Perhatian itu kasta tertinggi dari memberi,Nak .. Didalamnya ada semangat,doa, energi, dan semua tercurah untukmu, dan aku.

 Hanya untuk makananmu saja ayah tak ribut tentang komposisi. Meski tak ada label tertempel, tapi ia tahu benar komposisi makananmu ini adalah terbaik. Tiap tetesnya terbuat dari doa dan cinta yang segar. Tetesan yang akan menumbuhkan jutaan sel unggul dalam tubuhmu. Tidak ada yang sehebat ini, sayang ..

Ayah mungkin tidak piawai memandikanmu, mengganti popok , dan hal-hal yang biasa aku lakukan untukmu. Tapi, ia melakukan semua hal yang membuatku kuat dan bersemangat untuk memberikan hakmu sampai tamat.

Ia selalu ada membesarkan hatiku. Memberiku selamat saat melihatmu tumbuh sehat. Hari ini selamat itu bukan hanya untukmu, si sarjana ASIX. Tapi, untuk dia . Ayah hebat yang selalu penuh semangat..

Terima kasih Ayah, atas segala yang terbaik . Ini kesuksesan kita bersama. Penuh kASIh dari kami, untuk ayah ASI..

21 Agustus 2011,

Peluk cium,
Bunda

*Cerita ini dari blog www.kotakadenita.com | Yuli Anita yang dikenal Adenita, istri dari Rahmat Agung Priambodo, seorang ibu dan penulis. Novel pertamanya "9 Matahari" yang membuatnya masuk nominasi Penulis Muda Berbakat di Khatulistiwa Literary 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar