Kamis, 29 Maret 2012

Mekanisme produksi ASI

http://www.arikbliz.multiply.com
Sederhananya, mekanisme produksi susu dalam payudara prinsipnya mirip dengan tanaman teh atau tanaman kembang kertas. Jika kita memetik pucuk teh atau kembang kertas, maka akan
tumbuh dari bawah ketiak daun, dua buah cabang baru. Jadi semakin sering
dipetik, semakin banyak pucuk mudanya. Jika tidak dipetik, tidak akan ada cabang baru.
Begitu pula dengan ASI, semakin sering disedot bayi, semakin banyak ASI yang
diproduksi. Semakin jarang bayi menyusu, semakin sedikit ASI yang diproduksi.
Jika bayi berhenti menyusu, maka payudara juga akan berhenti memproduksi ASI.

Hormon Oksitosin
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan hormon oksitosin selain hormon prolaktin. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat daripada hormon prolaktin. Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara. Di payudara, hormon oksitosin ini merangsang sel-sel otot untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan ASI hasil produksi sel-sel pembuat susu terdorong mengalir melalui pembuluh menuju muara saluran ASI. Kadang-kadang ASI mengalir hingga keluar payudara ketika bayi sedang tidak menyusu. Mengalirnya ASI ini disebut refleks pelepasan ASI (catatan : LDR=Let Down Reflex).

Produksi Hormon Oksitosin
bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan dari payudara. Hormon oksitosin juga
dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan ibu. Jadi ketika ibu mendengar suara
bayi, meskipun mungkin bukan bayinya, ASI dapat menetes keluar. Suara tangis
bayi, sentuhan bayi, atau ketika ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau
bahkan ketika ibu memikirkan betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar.

Jika refleks pelepasan ASI ibu tidak bekerja dengan baik, maka bayi akan mengalami
kesulitan memperoleh ASI karena harus mengandalkan hanya pada kekuatan sedotan
menyusunya. Akibatnya, bayi akan kelelahan dan memperoleh sedikit ASI.
Kadang-kadang hal ini membuatnya frustasi, dan kemudian menangis. Peristiwa ini
kelihatannya seperti seolah-olah payudara berhenti memproduksi ASI, padahal
tidak. Payudara tetap memproduksi ASI, tetapi ASI tidak mengalir keluar. Jadi perkara refleks pelepasan ASI ini sangat penting bagi bayi.

Zat Penghambat

Produksi ASI juga dikendalikan di dalam payudara itu sendiri. Bila dalam satu payudara ada banyak ASI yang tertinggal, maka zat penghambat akan memerintahkan sel-sel pembuat susu untuk berhenti bekerja. Penghentian ini diperlukan untuk  mencegah payudara yang
bersangkutan mengalami efek kepenuhan.

Hal ini menjelaskan kepada kita mengapa jika bayi lebih banyak menyusu pada satu payudara, maka payudara tersebut menghasilkan lebih banyak ASI dan ukurannya menjadi lebih besar dari payudara lainnya. Agar satu payudara tetap menghasilkan ASI, maka ASI yang ada di dalamnya harus dikeluarkan. Jadi, jika bayi tidak menyusu pada salah satu atau kedua payudara, ASI SEBAIKNYA DIKELUARKAN DENGAN CARA DIPERAH.

Pengeluaran Air Susu.

Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mammae yaitu:

1.Tekanan dari belakang

Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli  tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi akan memacu  sekresi air susu lebih banyak.

2. Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui, maka gerakan mengisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitaria posterior. Akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitaria posterior : hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel ‘keranjang’ atau ‘sel ‘laba-laba’) di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh lactifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam ampullae. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk menempatkan ibu dalam posisi yang nyaman, santai dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak.

Sekresi oksitosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan membantu involusi uterus selama puerperium (masa nifas).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar