Kamis, 29 Maret 2012

Bayi Yang Mengalami masalah dalam Pelekatan

a.  Tali Lidah Pendek (Tongue-tie/Short Frenulum)

Tongue-tie atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan tali lidah pendek merupakan kelainan bawaan pada pita lidah atau tali jaringan ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung lidah bagian bawah. Tali ini dapat tebal dan kurang elastis ataupun tipis dan elastis. Ini menyebabkan lidah berbentuk seperti jantung pada saat dijulurkan. Keadaan ini lumayan sering ditemukan. Anak laki-laki tiga kali lipat lebih sering dibandingkan perempuan.
Pada sebagian besar anak, tongue-tie ini tidak menyebabkan gangguan apapun, akan tetapi pada sebagian kecil lainnya dapat menyebabkan kesulitan misalnya:

  Menyusu

Beberapa laporan kasus menyatakan bahwa tongue-tie menyebabkan kesulitan dalam menyusu. Tongue-tie menyebabkan mulut bayi tidak dapat menempel dengan baik pada puting susu sehingga kemampuan menghisap susu berkurang. Akibatnya, kenaikan berat badan yang dicapai tidak maksimal. Dan ibu sering mengeluh puting payudaranya menjadi lecet sehingga ibu sering mengambil keputusan untuk segera menghentikan menyusui anaknya dan mengganti dengan susu formula.

Bicara

Sering kali orang tua menghubungkan keterlambatan bicara anaknya dengan tongue-tie, padahal sebenarnya tidak. Perkembangan bicaranya normal seperti anak lain. Namun beberapa literatur menyatakan bahwa tongue-tie dapat menyebabkan kesalahan artikulasi kata-kata, terutama pada huruf-huruf yang membutuhkan gerakan lidah ke atas seperti pengucapan huruf R dan L. Derajat keparahan kesalahan artikulasi ini bervariasi, dapat sangat jelas atau bahkan sama sekali tidak terdengar.

Mekanis

Lidah juga berperan dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan. Tongue-tie dapat menyebabkan kemampuan lidah untuk membersihkan gigi berkurang karena geraknya yang terbatas. Tongue-tie ini juga dapat menyebabkan jarak antar gigi menjadi renggang karena tekanan mekanis lidah sehingga gigi anak menjadi jarang dan tak rapi.

Apakah tongue-tie dapat disembuhkan?

Apa yang harus dilakukan kalau anak memiliki tongue-tie? Ini salah satu kelainan yang mudah dikoreksi dengan tindakan bedah. Tindakan bedah yang dilakukan tergolong sangat ringan. Yaitu dengan cara membebaskan tali jaringan ikat tersebut. Terdapat dua macam tindakan bedah pada tongue-tie ini yaitu frenotomy berupa pemotongan jaringan ikat dan frenuloplasty berupa pembebasan tali jaringan ikat secara keseluruhan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tindakan bedah pada tongue-tie ini sangat bermanfaat.

Tindakan bedah untuk mengkoreksi tongue-tie dapat dipertimbangkan pada bayi yang mengalami kesulitan dalam menyusui dan anak dengan gangguan artikulasi kata-kata. Kesulitan dalam menyusu ditandai dengan luka pada puting payudara ibu dan kenaikan berat badan anak yang tidak normal. Pembedahan/insisi dalam waktu 3-4 hari pasca kelahiran bayi dapat meminimalisir keluarnya darah, sedangkan semakin besar usia bayi, maka darah yang timbul ketika tindakan dilakukan akan semakin banyak. Pembedahan dalam kasus tongue-tie bukanlah pembedahan yang besar sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, bahkan ada beberapa tenaga medis yang melayani secara gratis.

Apa yang harus dilakukan bila anak menderita tongue-tie:

Konsultasikan dahulu dengan dokter anak, apakah tongue-tie tersebut telah menyebabkan gangguan atau tidak. Konsultasikan perlu tidaknya dilakukan tindakan bedah.

Jika anak anak menderita tongue-tie sekaligus perkembangan bicara yang terlambat orangtua perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter anak untuk mencari penyebab keterlambatan bicara pada anak anda sekaligus upaya penanggulangannya, sebab tongue-tie tidak menyebabkan keterlambatan bicara.

b.   Bibir Sumbing (Cleft Lip)


Kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin ini menyebabkan adanya celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, dapat mencapai langit-langit bahkan sampai dengan merusak estetika cuping hidung (labio-palato-gnato schizis).
Bayi yang dilahirkan dengan cacat seperti ini, akan mengalami kesulitan dalam koordinasi & pengolahan nafas, sehingga tanda paling awal adalah kesulitan menghisap saat menyusui. Anak bingung karena pada saat menghisap, ada cairan yang memancar keluar melewati lubang yang ada di langit-langit sehingga anak jadi tersedak. Tentu saja hal ini terjadi pada anak dengan celah bibir dan langit-langitnya panjang / luas.
Secara medis, hal ini diakibatkan adanya inkompetensi dari velofaringeal clossure, dimana seharusnya aliran rongga hidung ke saluran nafas itu terpisah dengan saluran makan dari rongga mulut.
Secara anatomis, normalnya kita memiliki langit-langit mulut yang membatasinya. Sehingga saat sedang makan atau minum anak akan bingung, kadang terlihat seperti berhenti bernafas, malas makan, padahal anak itu takut menelan karena dia tahu pasti akan tersedak.
intervensi sedini mungkin akan sangat membantu dalam mengejar pertumbuhan bahasa maupun kematangan oromotor seorang anak.

c.      Menyusui Bayi yang Mengalami Sindroma Down

Semua pihak harus memahami bahwa anak-anak ini tidaklah cacat atau sakit, mereka tidak membutuhkan pengobatan melainkan “penerimaan” dan “cinta”.Mereka hadir ke dalam kehidupan kita adalah untuk mengajarkan bagaimana mencintai seseorang atau kepada makhluk lain dengan tulus, tanpa syarat apapun.

Sindroma Down (atau Down syndrome) merupakan kelainan kromosom yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.

Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah sindrom down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Sindrom down merupakan kelainan kromosom yakni terbentuknya kromosom 21 (trisomy 21), Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down.

Gejala atau tanda-tanda

Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar.


Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics). Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan pada sistim organ yang lain. Seperti tonus otot pada bayi dengan sindrom down cukup lemah atau dikenal dengan hipotonia.
Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatf pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia, maka sering juga dikenal dengan Mongoloid.

Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Kelainan Jantung Bawaan. Kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan.

Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Definisi Sindrom Down

Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Sindrom down (DS) tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah kromosom 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya DS. Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.

Pemeriksaan Diagnostic

Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
  • Pemeriksaan fisik penderita
  • Pemeriksaan kromosom
  • Ultrasonografi (USG)
  • Ekokardiogram (ECG)
  • Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim penglihatan, pendengaran maupun kemampuan fisiknya mengingat tonus otot-otot yang lemah.
Dengan demikian penderita harus mendapatkan dukungan maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut. Dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
Masalah penting lainnya dalam hal penanganan bayi dengan Sindrom Down adalah proses penyusuan bayi. Seperti telah diuraikan diatas bahwa salah satu kelainan pada kebanyakan bayi sindrom Down adalah hipotonia, dimana tonus otot cukup lemah sehingga menyulitkan bagi ibu ketika menyusui bayi.
Mengingat bahwa ASI adalah makanan alamiah yang terbaik, maka sangat dianjurkan bagi ibu untuk dapat menyusui buah hati.
  d.    Cerebral Palsy

Cerebral Palsy yaitu kondisi dimana tubuh lemas (floopy), kejang/kaku dianggota tubuh tertentu. Jika digendong, bayi akan melentingkan tubuh ke belakang atau memanjangkan tangan dan kaki. Beberapa bayi akan merasa sakit ketika disentuh akibat syaraf sensori yang tidak normal.
Refleks menghisap lemah, memiliki problem menelan, dan pada sebagian bayi tak dapat menutup mulutnya sehingga efeknya pada saat menyusui terdapat masalah pada kontrol rahang sehingga menghambat kemampuan menghisap, menelan, dan menutup mulut.

Tetap berikan ASI  karena manfaat ASI sebagai sumber nutrisi dan kekebalan tubuh yang membuat si kecil tetap sehat, berat badan bertambah, sehingga kuat ketika harus mengalami operasi atau terapi.

Jika bayi tidak kesakitan ketika disentuh, ganti kontak fisik yang tidak didapatnya dari menyusui dengan sering menyentuh, membelai atau memeluknya.

Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan ibu agar dapat terus memberikan ASI :

  • Ibu sebaiknya mulai memerah ASI, dan ASI pertama itu (kolostrum), lebih baik jika diberikan dengan menggunakan jari. Ibu harus mulai memerah ASI segera setelah diputuskan untuk memberi minum bayi tidak langsung dari payudara atau memerlukan cairan tambahan. Bila mengalami kesulitan untuk memerah kolostrum dengan pompa, lakukan pemerahan kolostrum dengan tangan karena terkadang memerah dengan tangan lebih baik daripada menggunakan pompa ASI di hari-hari pertama, jangan lupa lakukan tahnik dengan kurma.
  • Dengan memberi minum bayi menggunakan jari, kebanyakan bayi akan mulai menghisap dan sebagian besar akan cukup sadar untuk mencari payudara. Saat bayi bisa menghisap dengan baik, penggunaan jari harus dihentikan dan bayi mulai menyusu pada payudara  (seringkali satu atau dua menit menggunakan jari akan membantu bayi). Memberi minum dengan jari adalah prosedur untuk mempersiapkan bayi menyusu pada payudara, bukan metode utama untuk menghindari botol, walau jari dapat digunakan untuk  menghindari penggunaan botol juga, 
  • Pemberian ASI Perah (ASIP) dengan sonde, pipet, sendok maupun cangkir adalah pilihan yang lebih baik dari pada dengan menggunakan jari.  Jadi penggunaan jari dilakukan sebelum melekatkan bayi pada payudara, untuk mempersiapkan bayi menyusu pada payudara.
  • Mengatur posisi menyusui yang tepat, yaitu :

a. Pada kasus bayi dengan tongue tie dan bibir sumbing, football hold akan membantu ibu dalam pelekatan yang baik, misalnya pada bayi dengan bibir sumbing. Pada umumnya bayi dengan bibir sumbing (cleft lip) sulit menyusu karena mereka tidak memiliki langit-langit yang memadai yang memisahkan hidung dari mulut, sehingga sulit untuk menciptakan tekanan yang cukup dalam mulut untuk menghisap AS dari payudara. Penggunaan posisi football hold saat menyusui, dapat membantu yaitu posisi bibir sumbing menempel pada Payudara . Hal ini memungkinkan celah bibir diselipkan ke dalam membran payudara dan membantu memberikan tekanan yang cukup untuk menghisap Payudara


b. Pada kasus bayi yang mengalami Sindroma Down (Down Syndrom) dan Cerebral Palsy, posisi menyusui dapat menggunakan tehnik Dancer Hold. Posisi Dancer Hold, dilakukan jika ototnya lemah sehingga perlekatan menyusui menjadi sulit, gunakan bantal sebagai penyangga posisi bayi. Gunakan tangan yang bebas untuk “membungkus” payudara yang sedang disusui. Posisi ibu jari, di sisi atas payudara, telapak tangan dibawah, jari telunjuk menunjuk keluar, 3 jari yang lain di sisi lain payudara. Peluk bayi dengan tangan anda. Jika menyusui dengan payudara kiri, peluk bayi dengan tangan kiri, dan sebaliknya. Jika otot-otot bayi terlalu lemah sehingga sulit menyusu, sangga dagu dan rahang bawah bayi. Gunakan jari-jari tangan anda. Kekuatan otot bayi akan berkembang seiring bertambahnya usia, lama-lama ia bisa menyusui tanpa dukungan posisi itu.

  • Penggunaan nipple shield/penyambung puting yang dimulai sebelum produksi ASI ibu melimpah adalah tindakan yang buruk. Hal ini seharusnya tidak dilakukan. Penggunaan penyambung puting sebelum ASI keluar tidak memberikan kesempatan untuk belajar. Lebih jauh lagi, penggunaannya secara tidak tepat (seperti yang biasa kita lihat), penyambung puting bisa mengakibatkan penurunan produksi ASI karena payudara menjadi tidak terstimulasi dengan baik (terhalang oleh penyambung puting) dan bayi akan menolak menyusu pada payudara jika tanpa penyambung puting).
  • Bila bayi belum bisa melakukan pelekatan, jangan mencoba memaksanya agar terus menyusu pada payudara; hal ini tidak akan berhasil. Bayi akan histeris dan marah. Lepas dulu dari payudara lalu mulailah kembali. Lebih baik susui-lepas, susui-lepas beberapa kali daripada memaksa bayi  menyusu bila bayi belum bisa melakukan pelekatan dengan baik. Memaksa bayi untuk menyusu pada payudara tidak akan berhasil justru malah menyebabkan bayi lebih menolak payudara.
  • Bila bayi masih belum bisa melekat, selesaikan dengan metode pemberian ASI Perah apapun yang dianggap termudah. Pemberian ASI Perah dengan cangkir, sendok, atau pipet lebih cocok dan lebih baik daripada botol dot.
  • Untuk menjaga dan meningkatkan pasokan ASI, Perah ASI sesering mungkin setidaknya 8 kali sehari, minimal 20 menit pada masing-masing payudara.
  • Stimulasi payudara dengan cara memerah ASI baik menggunakan tangan maupun pompa memang tidak se-efektif hisapan bayi, maka jika ibu mengalami hasil perah sedikit, tingkatkan lagi jadwal perahnya, jika perlu ibu dapat mengkonsumsi Fenugreek (hulbah/halba) sebagai suplemen pelancar ASI.
  • Jika masih mengalami kesulitan dalam pemberian ASI, segera datangi konselor laktasi terdekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar