Kamis, 29 November 2012

Gumoh Muntah Bayi dan Anak

Yang pertama harus dipikirkan adalah pertanyaan mengapa Bayi  menjadi sering gumoh bahkan sering  sampai menjadi muntah muntah seteleh diberi ASI, atau susu atau makanan nya?
Menurut dr. Ghazali M.Vinci Sp A ., pediatrik dari Brawijaya Clinic, ANZ Square (UOB Building),FL -  B1, Podium Thamrin Nine - Jakarta Pusat, pada  awal usia masa kehidupannya, bayi dapat sering memuntahkan sebagian ASI atau susu yang baru saja ditelannya yang kerap disebut gumoh. Ini dapat disebabkan pencernaan bayi (dibawah 6 bulan, Red.) yang belum berkembang sempurna.
“Biasanya  gambaran keadaan gumoh  ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sekitar  usia 12–16 minggu, gumoh  menjadi jarang,” ungkap Ghazali.
Bedanya antara gumoh dan muntah, muntah tidak hilang dengan bertambahnya usia bayi. Bisa dialami bayi berusia 2 bulan, biasanya karena kelainan klep/ katup di saluran cerna atau adanya infeksi. Cairan yang keluar akibat muntah kurang dari 10 ml dan disertai kontraksi otot perut. 
Beberapa kemungkinan  penyebab gumoh diantaranya:

Gangguan gastroesofageal  refluks  
 
Bayi di bawah 6 bulan lebih sering muntah dan gumoh. Di usia 6 bulan hingga 2 tahun, gumoh atau muntah akan berkurang.  Seterusnya, akan membaik setelah usia 5 – 7 tahun.
Tetapi muntah ataupun mual dapat muncul  saat anak berlari, menangis, batuk, memasukkan tangan ke mulut, tercium bau tajam  (bau tidak enak, bau amis  atau terlalu wangi) pada anak yang lebih besar.

Gangguan mengunyah- menelan

Beberapa anak yang tidak menyukai variasi makanan, tidak mau makan nasi dan hanya minum susu lebih berpotensi mengalami muntah. Namun muntah terjadi ketika anak sedang makan ini disebabkan gangguan perkembangan kemampuan mengunyah-menelan.
Umumnya anak-anak ini akancenderung memilih makanan tertentu yang  gampang dikunyah seperti telur, mi, krupuk, biskuit, brokoli, dan wortel. Sedangkan makanan berserat seperti  daging sapi, sayur, atau nasi dapat membuatnya tidak nyaman.

Isi Lambung atau Volume Lambung Bayi  yang Masih Kecil
 
Semakin kecil bayi, semakin  kecil isi lambung bayi tersebut, sehingga pada situasi dimana  susu yang ditelan bayi melebihi kapasitas isi  lambung. Sehingga  ada sebagian ASI, susu, atau isi lambung yang tertekan dan dipaksa terdorong keluar dari lambung bayi. “Terkadang terjadi  ketika bayi ditidurkan langsung dengan posisi terlentang setelah disusui, ketika bayi  bergerak-gerak  menggeliat, maka rongga perut  akan menyempit akibat ketegangan otot dinding perut menyebabkan susu mencari jalan keluar,” ungkap Ghazali.
Beberapa kondisi umum
Kejadian gumoh dan muntah akan semakin mudah terjadi karena umumnya bayi senang menggeliat, dimana gerakan menggeliat ini mengakibatkan tekanan dalam rongga perut bayi  meninggi, sehingga  gumoh dan muntah menjadi lebih sering.

MASIH NORMAL JIKA..
 
Karena itu, gumoh masih dianggap keadaan yang normal bila jumlah cairan yang dan jumlah cairan yang masuk dan tidak di gumohkan jumlah nya masih  seimbang.
Artinya, cairan ASI, susu  maupun makanan bayi yang masuk masih dalam jumlah yang cukup untuk menunjang kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi itu.

Lakukan Upaya
 
Melihat beberapa penyebab, penanganan gumoh tidak bisa dilakukan secara umum. Beberapa hal yang bisa dilakukan menghadapi bayi gumoh bermasalah.
- Jika diperkirakan bayi kerap gumoh setiap kali disusui,  berikanlah ASI atau susu dengan cara sedikit demi sedikit.
- Ketika bayi cenderung memiliki kebiasaan menangis kuat sebelum menyusu, dan terjadi gumoh. Hentikan dahulu pemberian ASI, karena menangis kuat akan  menyebabkan udara yang akan tertelan selama menangis tersebut juga akan berlebihan.
- Sedangkan untuk penanganan kasus  gastroesofageal  refluks (GER) atau  sering muntah pada anak karena alergi dan hipersensitifitas paling ideal dengan menghindari (avoidance) penyebab alerginya dahulu. Misal,  susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey. Atau memberikan tempe, tahu atau daging untuk menggantikan telur, ayam atau ikan.
Jika gumoh berlangsung mengkhawatirkan, konsultasikan dengan dokter anak.

sumber : www.tabloidnova.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar