Kamis, 29 November 2012

Bayi Sering Gumoh..?? Lakukan hal berikut ini..

Bayi Anda gumoh? Jangan cemas dulu. Lebih baik kenali dulu gejalanya. Menurut Profesor Yvan Vandenplas, spesialis pencernaan anak dari University Brusel, Belgia, gumoh atau bahasa kedokterannya, regurgitasi, adalah gejala fisiologis karena klep pada lambung belum mampu menutup sempuran dan kondisi ini hampir diderita seluruh bayi di dunia. Berdasarkan riset, di beberapa negara termasuk Indonesia, 77 persen bayi di bawah usia tiga bulan di seluruh dunia menderita gumoh.
Menurut Yvan, gumoh itu sama sekali tak bisa dicegah namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi frekuensi gumohnya. Salah satu cara yang paling ampuh menurut Yvan adalah dengan memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Berdasarkan penelitian di seluruh dunia, bayi yang mendapat ASI eksklusif, frekuensi gumohnya makin berkurang. Sehingga ia amat menyarankan bagi para ibu untuk selalu memberikan ASI eksklusif.
Pemberian obat, ujar dia, sama sekali tak memberikan efek positif pada bayi bahkan bisa membuat bayi sering sakit akibat bakteri, khususnya pnemounia. Hal ini terjadi karena obat anti asam bisa mengurangi jumlah asam lambung, padahal asam diperlukan untuk membunuh bakteri.
Untuk itu, ujar dia, orangtua harus banyak membaca dan belajar, serta berpikir objektif mengenai kondisi bayi. Karena meski gumoh termasuk biasa namun jika sama sekali tak diperhatikan maka ada kemungkinan, pada kasus-kasus tertentu, terjadi hingga dewasa. ‘’Penelitian di Australia membuktikan beberapa anak terus mengalami gumoh hingga sembilan tahun akibat ketidakpedulian orangtua,’’ tutur dia.
Senada dengan Yvan, menurut Dokter Anak Gastroenterologi, Badriul Hegar Syarif, orangtua harus banyak mencari tahu dan menggali informasi mengenai gumoh. Sehingga ke depan, menurut dia tidak ada lagi, kepanikan berlebihan atau malah cuek sama sekali karena menganggap gumoh hal wajar.
Orang tua patut curiga, ujar Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ketika frekuensi gumoh lebih dari lima kali,  kemudian si bayi rewel atau terus menangis dan kemudian berat badannya tak normal atau bahkan turun. Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2004, bayi yang mengalami regurgitasi lebih dari empat kali dalam sehari, akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih rendah pada empat bulan pertama usia bayi.
‘’Selain itu iritasi pada tenggorokan juga bisa terjadi dan menyebabkan bayi emoh untuk menyusu,’’ ujar dia. Jika orangtua mengetahui kondisi ini, sebaiknya yang pertama dilakukan adalah dengan mengetahui teknik mengurangi frekuensi gumoh.
Teknik yang paling mudah, ujar Badriul, dengan sendawakan bayi setiap usai menyusui dan kemudian tidurkan ia di alas sebuah bantal. Pada saat akan menidurkan, pastikan posisi tubuh anak setinggi  kurang lebih 60 derajat. ‘’sering ditafsirkan kepala anak harus lebih tinggi, padahal yang patut diketahui tubuh anak keseluruhan, karena berpengaruh pada lambung,’’ tutur dia.
Untuk waktunya, ia menyarankan kurang lebih 2 jam dan harus selalu diawasi. Selain itu ia juga menyarankan agar tak mengurangi jumlah asupan si kecil. Hal ini dilakukan agar bayi tak kekurangan nutrisi. Selain itu tidak ada jaminan bahwa mengurangi asupan berpengaruh pada hilangnya gumoh pada bayi.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar