Minggu, 11 November 2012

Air Putih untuk Bayi, Perlukah?

Artikel #1
Apakah bayi memerlukan air putih?
Bayi di bawah usia 6 bulan yang disusui TIDAK memerlukan air putih. Kenapa? Karena kebutuhan cairannya sudah tercukupi dari ASI. Kandungan air dalam ASI sendiri sebanyak 88%. Beberapa hari pertama sebelum produksi ASI Ibu lancar, kolostrum yang sedikit tersebut ternyata telah mampu memenuhi kebutuhan bayi dan menjaga dia dari dehidrasi (dengan asumsi bayi menyusu dengan efektif-pelekatan benar). Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pemberian suplemen seperti air, glukosa, susu formula ataupun cairan lain seharusnya tidak diberikan pada bayi baru lahir yang disusui kecuali ada indikasi medis dari dokter. Beberapa riset menunjukkan dalam cuaca panas dan kering sekalipun , bayi usia 6 bulan ke bawah yang disusui tidak memerlukan air atau jus, dengan asumsi bayi boleh menyusu kapan pun dia mau. Dalam kondisi seperti ini, sang Ibu mungkin memerlukan asupan cairan lebih, tapi bayinya tidak. Jika Ibu merasa bayinya haus, segera susui si kecil. Langkah ini akan mencukupi kebutuhan cairannya. Semakin sering Ibu menyusui, semakin banyak ASI yang diproduksi yang berarti semakin banyak air bagi bayinya. Pemberian cairan di luar ASI justru dapat memicu kontaminasi atau alergen. Sedangkan pada bayi yang mendapat susu formula (sufor), air putih tidak perlu rutin diberikan. Beberapa sumber menyebutkan boleh memberikan air pada bayi yang mendapat sufor ketika cuaca luar ruangan sangat panas atau ketika bayi sakit yang disertai demam (perlu konsultasi terlebih dahulu pada dokter).

Pada bayi baru lahir (khususnya usia 4-5 minggu) pemberian air putih juga dapat menimbulkan risiko. Penambahan air putih dikaitkan dengan kenaikan tingkat bilirubin pada bayi baru lahir yang mengalami sakit kuning. Selain itu, terlalu banyak air putih dapat menimbulkan kondisi serius yang disebut keracunan air putih (oral water intoxication). Pemberian air putih akan membuat bayi kenyang sedangkan tambahan kalori tidak ada sama sekali. Oleh karena suplemen air putih dapat menurunkan berat badannya (atau berat badan tidak bagus). Bayi yang mendapatkan tambahan air putih juga akan malas/jarang menyusu, akibatnya produksi ASI ibu akan terganggu.


Sumber: http://aufalactababy.com/2011/08/01/pemberian-air-putih-pada-bayi-perlukah/


Artikel #2

“MBAK, jangan lupa kasih air putih kalau adek habis minum susu, ya,” urai Riani kepada sang pengasuh sembari menyuapkan beberapa sendok air putih kepada bayinya yang berusia 3 bulan.
Tahukah Moms, di balik kebiasaan memberikan air putih ternyata tersimpan bahaya yang dapat mengancam si buah hati, utamanya bayi di bawah usia 6 bulan.

ASI, Sudah Cukup!

Air putih bermanfaat bagi kesehatan anak-anak dan orang dewasa memang benar, tapi TIDAK untuk bayi.
“Pemberian air putih tidak disarankan, khususnya pada bayi usia < 6 bulan, karena kegunaannya tidak ada,” buka dr. Yulia Lukita Dewanti, M. Ked. Ped, SpA dari RS Sari Asih Serang.
Pada bayi usia tersebut, pemberian ASI eksklusif tanpa pemberian cairan lain sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi sesuai dengan perkembangannya.
Secara alamiah, komposisi ASI –mengandung 88 persen air- yang diproduksi akan mencukupi kebutuhan cairan bayi.
Begitu pun dengan bayi yang minum susu formula, lebih dari 80 persen komposisi susu formula adalah air. Mengingat tingginya kadar air dalam ASI maupun susu formula, bayi kurang 6 bulan tak perlu diberikan tambahan cairan lain apapun secara langsung –termasuk air putih, teh manis, atau jus buah.
Artinya, bayi tidak akan kekurangan cairan sejauh bayi mendapatkan ASI atau susu formula cukup setiap harinya. Bayi akan selalu ‘meminta’ ASI/susu formula bila ia merasa haus (on demand).

3 Alasan Air Putih Dilarang
Lantas, mengapa air putih tak baik diberikan pada bayi?
Ginjal Bisa Rusak
“Pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, semua organnya belum berfungsi laiknya orang normal pada umumnya. Nah, organ yang langsung berhubungan dengan metabolisme cairan adalah ginjal. Jika bayi diberi banyak air putih, maka ginjal yang belum siap menyaring –kecuali ASI- ini dapat rusak,” papar dokter penyuka novel ini.
Ya, ginjal bayi belum mampu mengeluarkan air dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan timbunan air dalam tubuh yang dapat membahayakan bayi (keracunan air).
Keracunan air
Kelebihan air di atas akan menyebabkan kandungan elektrolit dalam darah menjadi tidak seimbang, misalnya sodium (natrium). Kelebihan cairan tersebut akan melarutkan sodium dalam darah dan akan dikeluarkan tubuh, sehingga kadar sodium menjadi rendah yang dapat memengaruhi aktivitas otak.
Awalnya ditandai dengan iritabilitas (merengek-rengek), mengantuk dan gejala penurunan kesadaran lainnya yang kadang luput dari kewaspadaan orangtua. Gejala lainnya adalah penurunan suhu tubuh, bengkak di sekitar wajah dan jika dibiarkan dapat menjadi kejang.

Jika si kecil sampai mengalami kejang, kemungkinan terjadi gangguan perkembangan di masa depannya namun bergantung pada frekuensi dan durasi kejang tersebut terjadi.
  Kebutuhan gizi tidak terpenuhi
Selain keracunan air, memberikan air putih setiap kali bayi menangis adalah salah. Bayi yang menangis tidak selalu berarti lapar. Bisa saja ia BAK (Buang Air Kecil), BAB (Buang Air Besar), kurang nyaman, sakit atau lainnya.
Bayi yang diberikan air setiap ia menangis akan menjadi kenyang. Sehingga keinginan bayi untuk menyusu akan menurun. Akibatnya, asupan gizi dalam tubuh menurun pula.

Padahal tiga tahun pertama adalah golden period (masa keemasan) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan sangat bergantung pada asupan gizinya saat itu. Oleh karena itu, Moms harus mengonsumsi makanan yang bergizi agar kualitas ASI terjaga.
Diare, Tetap Berikan ASI
Bagaimana bila bayiku diare, apa boleh diberikan air putih? “Untuk bayi usia kurang dari 6 bulan, tetap berikan ASI saja. Memang, kebutuhan akan cairan saat diare akan meningkat, namun pemberian ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Semakin sering si ibu menyusui maka semakin banyak pula ASI yang diproduksi, sehingga Ibu tidak perlu khawatir ASI-nya tidak cukup,” saran dr Yulia.

Ingat, kandungan ASI sudah lengkap, termasuk kandungan elektrolitnya. Sehingga, pemberian cairan elektrolit khusus bayi tetap tidak disarankan.
Boleh Diperkenalkan lebih dari 6 Bulan
Pemberian air putih mulai dapat dilakukan saat bayi memasuki usia di atas 6 bulan, dimana MPASI (Makanan Pendamping ASI) mulai diperkenalkan. Selain itu pada usia lebih dari 6 bulan, organ bayi dianggap ‘siap’ untuk mencerna makanan dan minuman selain ASI.
Selain itu, ada beberapa penelitian menyebutkan bahwa pada kasus tertentu -seperti cuaca panas atau konstipasi- pemberian air pada bayi diperbolehkan.
Namun, pemberian air itu cukup berkisar satu sendok makan setiap pemberiannya. Sebaiknya, gunakan sendok, bukan dot/botol guna menghindari kehilangan kontrol berapa banyak air putih yang sudah diminum bayi, jangan sampai kebanyakan.

Misalnya yang terjadi di John Hopkins Children’ Center, sebuah rumah sakit di Amerika, seperti dikutip dari situsnya. Pada musim panas, banyak bayi yang dibawa ke ruang gawat darurat oleh orangtua yang panik karena bayi mereka kejang. Belakangan diketahui bahwa hal itu disebabkan oleh asupan air putih yang terlalu banyak.
Hmm, Anda tak mau hal itu terjadi pada si kecil, bukan?
Air Tajin, Tak Dianjurkan!
Pemberian air tajin (air rebusan beras) masih jamak ditemukan di masyarakat. Menyikapi hal ini, dr Yulia menegaskan bahwa air tajin tetap tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Banyak ibu-ibu memberikan air tajin bila anaknya terserang diare guna mengatasi dehidrasi. Banyak pula yang mencampurkan air tajin pada makanan bayinya saat si kecil berusia lebih dari 6 bulan.
Dikatakan dr. Yulia, komposisi air tajin tidak lain hanyalah karbohidrat. Memang, air tajin lebih baik dibandingkan dengan air putih yang tidak mengandung zat gizi dan hanya beberapa jenis elektrolit.
Walau begitu, bagi bayi lebih dari 6 bulan yang selalu diberikan air tajin, yang akan terpenuhi hanyalah kebutuhan karbohidratnya. Hasilnya, bayi bisa menjadi gemuk tanpa ada ‘isi’nya. Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak, yang dibutuhkan bukanlah karbohidrat saja. Protein, lemak, serat, zat gizi makro dan mikro pun berperan penting.
Jadi, bijaklah dalam memilih makanan/minuman untuk dikonsumsi si kecil dalam masa tumbuh kembang-nya. (Sumber: Tabloid Mom/Kiddie) (nsa)
Sumber  : http://lifestyle.okezone.com/read/2011/04/29/195/451601/air-putih-bukan-untuk-bayi



Tambahan dari @drtiwi (dikutip di situs MPASI Rumahan):
rumus pemberian air putih untuk anak sudah mulai mpasi = 30 x berat badan bayi.
Untuk anak yang minum ASI, bisa ½ dari jumlah seharusnya, misal, anak saya usia 6,5bulan beratnya 7,5kg, jadi porsi minum air putihnya, 30 x 7,5 = ± 210ml /hari, dan karena dia masih ASI ( di ASI hampir 80% mengandung air — menurut sumber yang saya baca) takaran minum air putihnya boleh ½ dari 210ml atau ± 105ml.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar